Minggu, Maret 29, 2009

Goro se RT


Pak RT dan Bu RW sedang berdiskusi kapan kira-kira masjid akan diperluas, mengingat rumah dan tanah yang sudah dibeli jamaah musalla serta sudah pula diratakan.

Setelah mengucurkan peluh meruntuhkan rumah dan pagar, warga RT 02 RW 10 Labuhbaru Timur, Payung Sekaki, menikmati santap siang yang dimasak secara bersama oleh kaum ibu RT 02. Saya tak ikut masak bareng, tapi masak sendiri di rumah sambel tumis terasi beserta lalapannya. Setelah siap baru diantar ke tempat lokasi gotong royong.

Salah satu syarat musalla diubah menjadi masjid harus ada akses jalan dari segala penjuru. Salah seorang anggota DPRD Pekanbaru dari Fraksi PPP yang juga masih nyalon di Pemilu mendatang, bersedia menghibahkan tanahnya satu meter untuk jalan masjid.

Warga RT 02 beramai-ramai merobohkan besi setelah lebih dulu meratakan rumah.

Papanya anak-anak tak mau ketinggalan
ikut goro massal meruntuhkan rumah yang nantinya akan dikembangkan untuk pembangunan masjid. Tampak bangunan musalla AL Kautsar yang sebelumnya tersembunyi lokasinya. Untunglah pemilik tanah mau menjual tanahnya untuk pengembangan musalla menjadi masjid. Dengan berubahnya musalla menjadi masjid, membuat warga sekitar khususnya termasuk kami ikut bersuka cita. Kalau hanya musalla, tak bisa digunakan untuk sholat Jumat. Padahal warga di sekitar musalla ini cukup ramai.

Jumat, Maret 27, 2009

Kenangan Reuni Pabelan


Di kantin ini banyak kenangan yang tercipta. Dari intip mengintip, memenuhi selera yang rasanya mau melahap berbagai aneka makanan, sampai janjian mau ketemu si dia melalui kode atau surat lewat kurir atau langsung ketemu. Untungnya teman-teman mafhum, kalau ada teman-teman yang ke kantin cuma ingin tujuan lain selain makanan. Yang ditakutkan cuma satu kalau berada di kantin, yaitu ketahuan Mbak Fat. Tapi ada juga yang tak peduli. Sayangnya, reuni Juni 2008 lalu, kantin sudah berpindah di kamar Flamboyan.

Sempat-sempatnya berfoto bertiga dengan Fatrawati, teman seangkatan 81 asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan dan mas Aries Budiono, kakak kelas di Pabelan.

Foto bersama Kak Ulfa, yang kini jadi Nyai Pabelan didampingi Ida Munawwaroh, Dewi dalila (Evi), Nina Muidah, Umi Salamah, Tatining Swarni dan putrinya, Latifah, Yoyok, Misri, Ilham dan Suryati Maulana.

Bersama-sama guru-guru yang berjasa, Pak Dalimunthe (B Inggris), Pak Zuhad (Bidayah/Fiqih), pak Mahfud (Diyanah), Pak Fuad Zen (Qowaid) dan Pak Rajasa (Tarbiah wa ta'lim).

Sewaktu membeli pohon untuk ditanam di pondok, aku, lili, Yoyok, Nina Muidah, Meimun dan Mbak Zulkhomisah tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk mencicipi Bakso Mekar Sari yang menjadi langganan kami sewaktu nyantri.  Uniknya, rasa bakso Mekar Sari ini tak berubah, masih sama seperti itu. Rasanya kembali ke masa lalu.

Kami juga mengabadikan keberadaan kami ketika sampai di tempat penjual pohon. Biar satu orang pun tak berkurang, kami meminta penjual tanaman untuk memotret kami.

Jalan pagi merupakan agenda yang tak boleh kami tinggalkan waktu reuni lalu.
Sebab, jalan pagi menjadi bagian rutinitas kami sebagai santri. Waktu itulah kami melihat Pak Badrun. Bapak yang kami rindukan, 
harapkan setiap awal bulan. Rasanya hampir mati kalau tak bertemu Pak badrun. Pak badrun
lah sebagai penyemangat kami. Betapa tidak, No Pak badrun, No Money! Siapa yang tahan???



Mentang-mentang aku tahu yang mana kameraku, ke sanalah mataku menuju. Lihat aja Fatra, Lily, Mbak Mang, Yoyok, Nina dan Kak Ul, semuanya mengarah ke kameran lainnya.

Senin, Maret 23, 2009

Nggak Boleh Bohong

'''Mama jangan bohong, masa' nggak ingat apa kata ustad kemaren?'' ujar Ifa yang membuatku tersipu malu.
''Nggak Ifa, mama nggak bohong. Maksud mama tuh, mama nggak ada duit kecil,'' jawabku mencoba menetralisir pendapat Ifa tentangku.Setelah itu aku lihatkan kepadanya lembaran uang limapuluhribuan, sebagai tanda aku memang tak punya uang recehan. 
Beberapa malam lalu, di MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah) Ifa menggelar Maulid Nabi SAW. Selain itu, mauludan diramaikan dengan pembagian hadiah aneka lomba untuk anak-anak MDA. Nah, Ifa karena merasa ikut lomba cerdas cermat dan berhasil meraih juara dua, sangat berharap kalau kami orangtuanya ikut hadir. Paling tidak menyaksikan dia mengambil hadiah dari guru. Biar Ifa tak berkecil hati, kami akhirnya menghadiri acara maulud tersebut. Tentunya setelah aku kembali dari kantor, sekitar jam delapan malam.
Sebelum pembagian hadiah bagi pemenang lomba, lebih dulu diisi dengan ceramah agama maulud. Salah satu isi ceramahnya tentang kenakalan anak-anak sekarang yang berbuat semaunya, bahkan kalau perlu membohongi orangtuanya. Mengapa hal itu bisa terjadi? Menurut Ustad itu salah satu penyebabnya, karena orangtua suka berbohong dengan anaknya. Contoh kecilnya soal jajan. Orangtua sering mengatakan kalau dia tak mempunyai uang ketika si anak meminta jajan. Padahal...di dalam saku ada uang. Kebohongan seperti itu juga bisa mempengaruhi prilaku anak.
Saat ustad mengatakan itu, aku ingat Ifa langsung menoleh ke belakang tempat aku duduk, sambil tersenyum. AKu tahu maksud Ifa, kalau ustad itu secara tidak langsung menyindirku. Karena aku sebagai mamanya suka mengatakan hal itu.
Kita tidak sadar kalau hal itu memang bisa mempengaruhi psikologis anak. Padahal maksud kita adalah biar anak tidak terus jajan. Sebab, baru saja dia diberi jajan, sebentar kemudian minta lagi. Jawaban yang menurut kita ampuh itu ternyata berakibat fatal. Diam-diam anak memberontak dalam hatinya. Apalagi kalau tak lama mengatakan uang kita tak ada, kita membeli sesuatu, meski itu untuk keperluan rumah tangga. Misalnya, minyak goreng atau gula.
''Katanya mama nggak ada uang. Itu kok bisa beli gula,'' protes Ifa suatu waktu.
Terpaksalah kita menjelaskan bedanya jajan dan belanja keperluan rumahtangga yang notabenenya untuk bersama.









Rabu, Maret 18, 2009

Mamnoor Berulah


Jalan sehat PWI Ahad lalu kami disibukkan oleh ulah Mamnoor yang meminta macam-macam. Ini salah satu aksi protes Mamnoor saat permintaannya tak dikabulkan.

Kawan papa mencoba ikut menghibur Mamnoor dengan memberikan putrinya yang comel untuk Mamnoor, tapi Mamnoornya cuek aja.

Setelah apa yang dimintanya dapat, Mamnoor malah memberikannya ke papa mainan Spongebobnya. Padahal nagisnya sampai duduk ditanah ingin mendapatkan itu. Bukannya nggak mau ngasi, sebelumnya Mamnoor sudah dibelikan boneka teletubies seukuran dirinya. Nampak spongebob dia minta lagi. Makanya nggak langsung dikabulkan. Tapi Mamnoornya nggak mau denger, ya, akhirnya dibeli juga walau setelah itu dilepasnya lagi.

Menunggu dapat doorprize.

Ini Mamnoor yang foto dibantu papa.

Minggu, Maret 15, 2009

Jalan Sehat PWI


Para pejabat melepas grak jalan sehat.
Pemenang hadiah utama diraih pelajar SMP kelas 1.
Segarnya udara Pekanbaru pagi Ahad, 15 Maret 2009. Hujan yang turun dari subuh hingga
pukul 07.00 pagi membuat acara Jalan Sehat PWI Riau terasa lebih fresh. Walau dimulainya
agak kesiangan sekitar pukul 08.00, karena menunggu peserta yang tak bisa hadir terkurung hujan, namun di luar perkiraan, 
peserta membludak. Mungkin warga kota terimingi dengan hadiah-hadiah yang menggiurkan, yang datang dari mitra kerja wartawan. 
Mulai dari gubernur, muspida, caleg, dan perusahaan swasta. Hadiah utama sepeda motor 
dan hadiah lainnya seperti tiket PP PKU -Singapur, Batam, kulkas (3), TV (29, 21, 17, 14), dua sepeda gunung, kompor gas, kipas angin, blender beberapa buah, dispenser (6) dan ratusan hadiah hiburan 
lainnya. 
Peserta tampak bersuka cita termasuk kami sekeluarga yang tak mau ketinggalan acara
tersebut. Apalagi udara segar sekali, sangat sayang kalau dilewatkan. Lagi pula kami juga
berharap akan mendapatkan keberuntungan melalui doorprize. Kata anak-anak, mana tahu dapat sepeda lagi. Kan, lumayan. Padahal mamanya mengharapkan sepeda motor hadiah utama. Tapi sayang, harapan untuk mendapatkan hadiah nihil.  Tapi nggak apa-apa, namanya aja doorprize, dapat syukur, nggak, ya Alhamdulillah.
    Yang paling penting jasmani jadi segar. Setelah jalan sehat beberapa kilo melewati jalan 
protokol Pekanbaru, sampai di markas PWI dilanjutkan dengan Senam Riau Sehat. Setelah itu 
barulah cabut undian diselingi hiburan orgen tunggal. Detik-detik terakhir pencabutan hadiah utama, ternyata nomor kita nggak disebutkan, langsung cabut ke Taman Kota, melanjutkan jalan pagi sekalian pijat refleksi. Kebetulan jarak Kantor PWI Riau dengan Taman Kota hanya ratusan meter saja, sayang juga dilewatkan, apalagi matahari tampaknya masih enggan menampakkan diri. Sekitar satu jam kurang, kami pun mencari makan siang. Anak-anak maunya Pizza Hut, tapi akhirnya berubah pikiran ke sup Tunjang. Cuaca dingin sangat pas makan sup. Ternyata semuanya nambah, saking nikmatnya.
     Semua merasa kenyang, sampai-sampai Ifa memperlihatkan perutnya yang membuncit kekenyangan. Tawa kami pun memecah, 
karena pada merasa tambah buncit. Setelah makan bukannya langsung pulang, tapi mampir 
lagi ke perpustakaan Soeman HS. Anak-anak merasa sudah lama nggak ke sana. Ya, terpaksa menuruti keinginan anak-anak. Pokoknya Ahad kemarin, benar-benar melelahkan dan menyenangkan, tentunya.     

Rabu, Maret 11, 2009

Selasa, Maret 10, 2009

Refreshing di Danau Singkarak


Long week end kemarin, kantor Papanya anak-anak refreshing di Danau Singkarak, Sumatera Barat. Sebenarnya boleh bawa keluarga. Tapi karena hanya dua hari dan kelamaan di jalan, keluarga nggak ada yang ikut. Apalagi jalan ke Sumbar berliku. Untuk sekarang ini, pemandangan yang alami dan sangat eksotis di sepanjang jalan menuju Sumbar belum ampuh menghilangkan mabuknya anak-anak. Karena itu, biarlah Papa saja menikmati keindahan Danau Singkarak bersama rekan-rekannya se kantor.
      
 

Inilah salah satu view Danau Singkarak yang jaraknya memakan waktu sekitar lima jam dari Pekanbaru. Berlatarbelakang Gunung Merapi, danau ini sangat indah, ditambah airnya yang jernih.

Hampir semua masjid di Sumbar memiliki bangunan yang sama. Di sisi masjid dilengkapi sebuah kolam, sebagai ciri khas bangunan masjid lama. Ciri seperti ini juga dijumpai di berbagai kota di Indonesia.

Perjalanan menuju Danau Singkarak dipenuhi pemandangan yang hijau menyejukkan mata.

Pohon kelapa turut menambah indah pemandangan Danau Singkarak, seperti di pinggir pantai.

Refreshing di danau diramaikan dengan aneka permainan sala satunya mencari pasangan sepatu.

Peserta yang berebutan mencari sepatu masing-masing.

Lomba lainnya mengapit botol air mineral di antara dua lutut dan diberikan kepada tim dengan posisi yang sama.

Ini adalah Jam Gadang yang ada di Bukittinggi. Sebelum kembali ke Pekanbaru rombongan MX menyempatkan singgah di Pasar Atas Bukittinggi, sekalian beli oleh-oleh khas Bukittinggi kerupuk jangek (kulit).

Andong atau yang lebih dikenal engan bendi, siap mengantar para wisatawan keliling kota Bukittinggi.

Selain kerupuk kulit, khas Bukittinggi masih banyak, seperti ketupuk sanjay, beras rendang, kerupuk ubi dan aneka makanan lainnya.