Minggu, Mei 24, 2009

SENAM MASSAL ANAK


Senam massal anak-anak TK dan SD dengan jumlah 21 ribu lebih ini berhasil meraih rekor MURI. Senam yang digelar dalam rangka memperingati sewindunya Riau Pos Group (RPG) ini berlangsung di halaman MTC (Metropolitan City), Sabtu 23 Mei 2009 lalu.

Berkenaan dengan Sewindu RPG ini, sudah banyak aneka kegiatan yang digelar. Mulai lomba band, sepeda santai, jalan santai, launching Toko Buku 171 yang akan menjual buku murah dan 
berkualitas di komplek MTC,  dan puncaknya dilangsungkan malam minggu di Labersa Hotel.

Rabu, Mei 20, 2009

HERCULES PENUH KENANGAN


Keluarga besar yang akan mengantar kepergian kami mondok dan menumpang hercules. Aku dan Meimun sangat sedih waktu pertama kali mau mondok. Lihat aja mataku sembab habis nangis.


Peristiwa Hercules yang jatuh di Magetan pagi Rabu (20/5/2009), mengingatkanku kepada pesawat ini. Pesawat yang didalamnya bisa buat main bola itu (saking lapangnya), termasuk banyak berjasa padaku. Banyak kenangan terukir dengan pesawat ini.
Pertama. Ketika aku menginjak Pulau Jawa, ingin mondok di Pesantren Pabelan. Kami (aku, ibu, adikku dan Meimun, ibunya, Mas Muttaqin, adik Meimun Sugeng) mendapatkan kesempatan menaiki pesawat AU itu. Hanya kami yang menumpang dan beberapa orang lainnya menuju Madiun. Sebelumnya transit dulu di Halim Perdana Kesuma, Jakarta. Saat itu tahun 1981. Soekarno Hatta belum ada. Bandara di Jakarta baru Halim dan Kemayoran.
Alhamdulillah, kami selamat sampai tujuan. Sebetulnya tujuan kami ke Demak dulu, tapi karena Hercules landingnya di Madiun, ya, terpaksa mengikuti jalurnya Hercules. Namanya aja numpang. Kalau mau ikut, yuk..kalau nggak, ya, cari tumpangan lain. Dari Madiun kami langsung ke Demak, tempat keluarga besar Meimun sebelah bapak tinggal. Hampir sebulan lamanya kami diam di Demak. Banyak sekali yang harus kami (khususnya keluargaku) sesuaikan dengan budaya masyarakat Demak. Maklumlah, kami dari Sumatera (Pekanbaru-Riau) agak berbeda dengan Jawa, terutama soal makanannya. Tidak seperti sekarang. Pengaruh globalisasi ada di mana-mana. Semua yang ada di kota A, ada juga di kota B, C dan seluruh Indonesia. Contoh: Tahun 80-an, di Pekanbaru belum familiar dengan yang namanya tahu dan tempe. Apalagi kami yang tinggal di tepi sungai, yang hampir setiap hari makan ikan sungai. Ketika di Jawa, kami harus menyesuaikan dengan menu baru, yang sangat asing di lidah kami. Begitu pula dengan tehnya. Pokoknya, banyak sekali perubahan yang kami hadapi. Dan itu ternyata sebagai bekalku hidup di pondok, yang lebih dulu digembleng di Demak.
Kembali ke soal Hercules. Ada beberapa kali aku menumpang dengan pesawat ini. Baik dari Pekanbaru Jakarta, atau Jakarta ke Pekanbaru. Yang ku ingat dan tak mungkin aku lupakan, ketika aku mau pulang ke Pekanbaru. Sebelumnya terjadi peristiwa meletusnya Gunung Galunggung di Jawa Barat (1984?). Akibatnya, ratusan warga Galunggung ditransmigrasikan ke Riau. Aku tak tahu awalnya kalau aku akan bergabung dengan ratusan warga korban Galunggung itu. Tahunya setelah berada di Halim Perdana Kusuma. Itu pun saat kami diminta naik pesawat. Aku pikir, warga korban Galunggung itu naik pesawat lain. Walau sama-sama hercules, mungkin hercules lainnya. Dalam pikiranku, tak mungkin kan kami bisa numpang dengan rombongan transmigran.
Eh, ternyata kami satu pesawat. Mungkin karena aku numpang, aku naiknya terakhir. Aku dapat duduk di dekat pintu. Wah..kasihan deh, dikirain rombongan korban Galunggung. Duduknya berdesakan. Padahal biasanya lapang banget. Bisa manjat kalau ingin lihat ke luar. Soalnya kaca Hercules kan tinggi. Ngga seperti pesawat komersil, kacanya langsung didekat kepala kita. Pokoknya saat itu aku harus sabar menunggu sampai di Bandara Simpang Tiga Pekanbaru. Sabar, karena duduknya nggak nyaman. Sabar karena bercampur dengan (maaf) bau nano-nano. Tapi sebenarnya aku bersyukur banget. Dengan begitu aku punya pengalaman baru yang menurutku sangat langka. Banyak pengalaman baru yang kutemui saat itu. Bagaimana kondisi mereka sesungguhnya, apa harapan mereka, dan apa saja yang mereka bawa. Aku sempet bercerita dengan mereka. Rumah mereka memang habis rata tersapu lahar. Tak ada yang bisa lagi mereka harapkan kalau tetap bertahan di kaki galunggung. Lagi pula program transmigrasi membawa harapan baru bagi kehidupan mereka.
Ketika pesawat mau landing, aku sangat senang, karena tak lama lagi akan bertemu dengan keluarga tercinta setelah satu tahun tak bertemu. Saat benar-benar landing, pintu dibuka, akulah orang pertama keluar dari pesawat, karena posisiku yang duduk di dekat pintu. Oya, jangan dibayangkan kalau setelah buka pintu muncul tangga untuk turun, seperti pesawat reguler.
         Yang membuatku surprise ketika mau keluar, aku (kami penumpang Hercules) langsung disambut dengan tari-tarian oleh dara-dara jelita. Wow! Benar-benar pengalaman yang menarik. Ternyata pemerintah setempat (Riau) memang siap menyambut para pendatang baru. Tapi aku tak mau berlama-lama. Setelah menyiapkan semuanya, aku langsung pulang. Biarlah mereka disambut dengan acara seremonial lainnya.

Minggu, Mei 10, 2009

Refreshing buat Aqilla


(Baru masuk ke mal, kami langsung menikmati lomba nasyid merebut hadiah Menegpora Rp50 juta)
Senin, 11 Mei 2009. Anak-anak SD mulai UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional). Aqilla salah satu yang akan ikut ujian besok. Saat ini Qilla kelas enam dan sudah berkali-kali ikut tryout di beberapa lembaga pendidikan yang mengadakan tryout tersebut. Rasanya untuk persiapan sudah cukup. Kasihan kalau Qilla terus disuruh belajar. Padahal, tanpa disuruh pun, Qilla dengan kesadaran sendiri akan belajar. Dia sudah tahu, resiko apa yang akan ditemuinya kalau tidak belajar mempersiapkan ujian. Terlebih lagi standar ujian sudah naik.
Sabtu, 9 Mei 2009.Kebetulan saya libur kerja. Pagi harinya bersama papanya anak-anak pijat refleksi di Taman Kota membawa Zaki dan Mamnoor. Setelah itu, langsung mampir ke rumah Atuk (kakek nenek anak2) sampai lah menjelang zuhur. Ifa tak henti-hentinya menelpon, agar kami cepat pulang. Sementara saya saya asyik membongkar album lama, mana tahu ada foto kenangan masa kecil atau foto2 saya sewaktu mondok di Pabelan. Ternyata pembongkaran tak sia-sia. Saya menemukan beberapa foto yang cukup memiliki nilai kenangan bagi saya.
Pulang ke rumah, saya dapati Qilla dan Ifa tertidur. Saya bangunkan mereka dan saya bisikkan jalan-jalan ke mal untuk makan siang sekalian menyambut Qilla ujian. Dengan membawa Qilla makan siang di luar, mudah-mudahan Qilla terhibur dan semangat untuk mengikuti ujian. Keduanya semangat dan langsung bersiap-siap. Untungnya Mamnoor sudah tidur karena kelelahan. Zaki pun langsung main dengan teman-temannya. Jadinya, kami bertiga (saya dan dua gadis saya) dengan mulus melenggang tanpa harus ngumpet dari Zaki dan Mamnoor. Maklumlah anak-anak, apalagi si bungsu, tak kan mau ditinggal.
Tujuan kami ke Mal SKA (Sentra Komersial Arengka). Jaraknya cukup dekat dari rumah. Sekitar satu kiloanlah. Sampai di mal, kami langsung menikmati dua buah lagu nasyid yang disenandungkan oleh kelompok2 nasyid. Panggungnya berada di pintu masuk ke mal. Makanya mau tak mau kami melewati festival nasyid pemuda memperebutkan hadiah dari Menegpora senilai Rp50 juta. Lumayan. Cukup menghibur. Apalagi tujuan kami cuma cuci mata, refreshing buat Aqilla yang mau ujian dan tentunya makan siang. Memasuki lagu ketiga, kami keliling mal sambil menuju kafe Exelco. Sengaja saya bawa Qilla dan Ifa ke Exelco, karena tempatnya cukup asyik dan bisa berlama-lama. Soal harga memang lumayan mahal lah. Tapi untungnya saya menggunakan kartu kredit Mandiri yang menawarkan discount 25 persen. Jadi impaslah. Bisa santai, bisa berlama-lama. Sayang banget nggak bawa laptop, karena mal SKA menyediakan internet gratis. Saya lihat juga ada beberapa pengunjung yang asyik ngenet, padahal cuma minum kopi doang. Itulah kelebihan kafe. Kita bisa berlama-lama sambil cerita tanpa harus merasa tak enak.


(Qilla Ifa sangat menikmati menu siangnya)


(giliran saya yang difoto anak2 lagi nunggu pesanan)

Cukup lama juga kami nongkrong di Exelco. Sebab selesai dari sana, kami langsung solat asar sekitar jam empat. Kemudian menikmati dua lagu nasyid dari atrium atas setelah itu langsung belanja ke Hypermart. Sampai di rumah menjelang maghrib. Memang asyik nyantai dengan anak gadis yang tak cerewet seperti ngajak anak bujang. Mungkin karena sama-sama perempuan, rasanya nyambung banget. Mudah-mudahan setelah ini Qilla fresh mengikuti ujian. Tentu, sebagai otrangtua berharap hasilnya memuaskan. Amin.

Jumat, Mei 08, 2009

Rumah Tabrani Dimolotov

Warga Pekanbaru Kamis (7/5/2009) kemarin dihebohkan dengan berita rumah seorang tokoh Riau Tabrani Rab dimolotov. Entah siapa pelakunya dan entah apa pula motifnya. Seperti diakui Ongah (panggilan akrab Tabrani), dia merasa tak ada musuh. Lagi pula peristiwa ini membuat saya geleng kepala. Saya pikir pelakunya hanya cari sensasi saja. Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba rumah Presiden Riau Merdeka ini dimolotov.
Saya katakan tak ada angin tak ada hujan, sebab, beberapa bulan terakhir ini berita tentang Ongah agak sepi. Pemikirannya yang terkadang nyeleneh, terkesan tidak mempedulikan akibatnya, sehingga ada saja yang tersakiti, bisa jadi itu salah satu penyebabnya. Tapi sampai saat ini belum bisa diketahui, karena masih diusut. Mudah-mudahan bisa dikuak kebenarannya dan kita jadi tahu apa motif sebenarnya.
Untungnya, mantan suami artis Alicia Johar ini tidak berada di rumah. Bahkan sudah tiga bulanan ini beliau tidak menempati rumah berarsitektur India tersebut. Rumah yang tereletak di Jalan Pattimura itu hanya ditunggui oleh stafnya saja.
Intinya dalam tulisan ini, saya yang kebetulan memegang KOran Metropolis tidak menempatkan peristiwa itu sebagai berita yang heboh. Maka, berita tersebut tetap saya letakkan di halaman kriminal biasa. Tidak saya letakkan di halam depan yang notabenenya itu berita besar. Berita yang ditunggu pembaca. Karena itulah saya dipertanyakan dalam rapat tadi, mengapa berita itu dianggap biasa, sementara hampir seluruh harian di Pekanbaru menjadikannya berita besar?
Saya hanya mengatakan, pelemparan itu biasa saja. Tidak berakibat apa pun dengan rumah tersebut. Hanya kaca jendela saja yang pecah tidak menimbulkan api. Saya fikir pelakunya iseng saja, apalagi Ongah sudah tidak tinggal di situ lagi. Tapi ya saya tetap saja dipertanyakan, karena apapun hasilnya yang dimolotov itu rumah seorang tokoh, yang dikenal banyak masyarakat.
Ya, kalau memang itu dianggap besar, kita lihatlah selanjutnya. Apakah terjadi serangan susulan atau hanya segitu saja. Sekarang ini hanya menunggu keterangan polisi, ada apa dibalik peristiwa tersebut.
    Baru saja saya mendapat kabar terbaru, kalau sumbu bom molotov tidak dibakar. Artinya, si pelaku sengaja melempar botol tersebut yang berisi minyak tanah bukannya bensin sebagaimana biasa dibuat. Artinya lagi si pelaku memang iseng, tak ada niat untuk membakar. Tapi...bisa jadi juga sih awalnya hanya berupa teror saja yang sesungguhnya mempunyai niat yang besar. Ya, mana tahu saja. Semoga saja tidak, karena kita semua menginginkan kedamaian.

Rabu, Mei 06, 2009

Mamnoor Mewek



Tadi pagi ada kejadian lucu dari kedua bujangku. Si abang mengganggu adiknya Mamnoor, sehingga Mamnoor menangis. Mungkin rebutan TV. Si adik maunya nonton DVD sedangkan si abang maunya Global TV. Kebetulan si abang sedang libur MDA, karena kelas IV sedang ujian. Si abang mungkin merasa aji mumpung tak sekolah pagi, karenanya dia pengen nonton. Sedangkan si adik sudah siap dengan DVD-nya. Karena si abang tak mau mengalah dan tak peduli dengan tangisan Mamnoor bahkan semakin ngeledek adiknya, si adik jadi geram. Lalu dia mendekati abang sambil emosi, dan secepat kilat menggigit sekuat-kuatnya bagian perut abang. Kontan saja abang menjerit kesakitan. Lalu abang melihat ke perutnya yang digigit, menimbulkan bekas luka dan mengeluarkan darah sedikit. Abang terus meringis menahan sakit sambil mengadukan peristiwa penggigitan oleh adiknya ke Papa Mama yang asyik nonton Tv di kamar.
Adik yang mengetahui dirinya dibicarakan, langsung ke kamar. Setelah dia mengetahui abangnya mengadu, adik tak mau ketinggalan. Dengan bahasanya sendiri (karena belum terlalu jelas) adik mengadu kalau abangnya yang nakal duluan. Sambil memperagakan kepalanya terpukul sama abang. Papa dan Mama langsung saja saling pandang sambil menahan senyum dengan pengaduan Mamnoor itu.
Mungkin Mamnoor menganggap tanggapan kami seakan tidak membelanya, dia kembali mengadu. Kali ini sambil menangis sedih, kalau dia lebih dulu diganggu si abang. Yang membuat lucu itu, ekspresi Mamnoor yang mewek, sedih banget kelihatannya terkesan menghiba. Si abang yang ikut memperhatikan adiknya tak bisa menahan tawa walau setelah itu meringis lagi. Mamnoor memang terlihat lucu, sehingga pagi itu kami dihadiahi ulah Mamnoor yang bikin geli.

Minggu, Mei 03, 2009

Jajan Mama Papa, YUk..!


Akhir-akhir ini Mamnoor punya kebiasaan baru. Setiap mama atau papanya mau kerja atau mau pergi, Mamnoor mesti minta ikut. Padahal selama ini tak pernah dilakukannya. Ada juga minta ikut, tapi setelah diberi pengertian, Mamnoor biasanya diam dan menerima. Kalau diberi ucapan salam dia langsung menjawab, waalaikum salam. Begitu juga kalau cipika cipiki, dia akan bilang ''Da...Mama. Da..Papa'' sambil tak lupa melambaikan tangannya. Lucu dan bikin rindu.
Sekarang...jangan harap Mamnoor bisa jadi anak manis. Kalau dicuekin, tangisannya melengking. Bikin gerah. Terpaksa nurutin apa maunya. Walau sudah diberi pengertian, kalau mama kerja atau papa kerja nggak bisa ikut, dia tetap saja tak peduli. Pokoknya mau ikut. ''Ndak, Nu itut mama. Nu itut papa,'' sambil merengek.
Nggak taunya, cara seperti itu rayuan jitu Mamnoor sekarang ini, dengan mengajak mama atau papanya jajan. ''Iya. Nu ndak itut, tapi jajan mama, ya''. ''Jajan sama kakak aja. Nih duitnya.'' Bujuk mama. ''Nggak, jajan mama aja. Yuk, ma, jajan mama aja.''
Begitulah Mamnoor sekarang. Dia tahu jam mamanya kerja. Setengah jam sebelum itu, dia nempel terus, nggak mau beranjak dari Mamanya. Ke mana pun pergi walau ke kamar mandi sekalipun, ditungguinnya. Mamanya cuma senyum-senyum aja. Ketika disuruh main aja sama teman-teman di luar, tumben banget nggak mau. ''Nggak, Nu nggak mau.'' Kata-kata ini sudah akrab di telinga. Padahal..kalau lagi nyatai di rumah, maunya maksa terus biar bisa main dengan teman-temannya. Dasar, pasti akal-akalannya Mamnoor. ''Mama tau, Nu pasti minta jajan, kan?'' ''Iya. Nu maunya jajan sama mama. Yuk ma.....'' Tentunya sambil menarik tangan si mama. Mamnoor..Mamnoor...besok apa lagi ya, perubahannya?