Kamis, Juli 03, 2008

Peringatan 1 Muharram 1428 H





Lomba memperingati 1 Muharram 1428 ini memang sudah lama. Tepatnya setahun lalu 2007. Ini bentuk kreativitas pengurus musalla Al Kautsar di gang SD Jalan Durian. Memperingati Tahun Baru Hijriyah harus meriah daripada Tahun Baru Masehi. Untuk itu dibuatlah beberapa kegiatan yang melibatkan anak-anak sampai orangtua. Lalu, lombanya disesuaikan dengan usia.
Anak-anak misalnya. Lomba untuk kategori SD, hafalan ayat pendek putra putri, lomba azan untuk putra, busana muslim putra putri. Sedangkan untuk orang dewasa, diutamakan jamaah musalla dan warga sekitarnya, lomba azan untuk bapak-bapak, tilawah quran untuk bapak dan ibu, serta lomba baca puisi untuk ibu-ibu.
Keluarga besar Afriyunir juga ikut lomba. Hanya Mamnoor yang tak ikut. Waktu itu Mamnoor belum genap dua tahun. Lomba apa yang bisa diikuti Mamnoor? Kalau ada lomba balita pengacau, Mamnoor pasti juaranya. Habis lasak sekali, dan paling suka main di musalla. Kalau dibiarkan, sudah pasti mengacaukan acara. Jadi, mendingan ditinggal di rumah dengan Kak Eza dan Kak Uma.
Papa (Afriyunir) ikut lomba azan dengan tilawah. Hasilnya papa menyabet juara satu untuk kedua lomba. Suara Papa memang bagus, pas azan terasa syahdu, pas ngaji terdengar merdu. Apalagi lawan-lawannya biasa saja. Ya, jelas sudah nilai papa paling tinggi dan berbeda jauh dari lawan.
Kalau mama (Nurizah Johan) ikut lomba baca puisi islami. Mama nggak berani ikut lomba tilawah, karena mama tahu diri suaranya sangat pas-pasan. Mana mampu mama ikut tilawah. Kalau tajwidnya mama sangat PD (Percaya Diri), makanya mama pernah juara satu tartil quran wartawan tingkat nasional tahun 2003 lalu di Jakarta, tepatnya di asrama Haji Pondok Gede.Atas prestasi tersebut, mama mendapatkan hadiah sebesar Rp5 juta tunai dan hadiah umroh dari menteri agama Said Agil Munawar. Sebelum hadiah tersebut ditunaikan, mantan menteri agama tersebut tersandung kasus korupsi dana abadi umat. Dengan begitu, hadiah umroh tak jadi, karena yang memberi masuk jeruji besi.
Tapi tak apa-apa. Semua ada hikmahnya. Bisa jadi hadiah yang akan diberi merupakan uang yang disebut korupsi itu. Kalau memang seperti itu, mama justru bersyukur nggak jadi menerima hadiah umroh dari Pak Said Agil. Begitu juga teman mama Sondra. Dia juga meraih juara satu tartil quran. Hadiahnya sama dengan mama dan sama-sama tak jadi pergi umroh.
Kembali ke lomba Tahu Baru Hijriyah di atas, mama juga berhasil meraih juara satu, sama seperti papa. Kenapa mama bisa juara, katanya mama lumayan bagus dibandingka peserta lainnya. Lagi pula materi yang mama sampaikan dalam puisi tersebut sesuai dengan peringatan 1 Muharram. Dan yang terpenting, mama mengarang sendiri puisi tersebut. Ketika membacanya, mama sangat menghayati dan sangat memahami isinya.
Tapi sayang, mama kehilangan coretan puisi tersebut. Jadi, tak ada kenang-kenangan mama mengarang puisi itu.
Sedangkan Aqilla yang ikut lomba hafalan ayat pendek, berhasil meraih juara dua. Juara satunya direbut Nuha, adik sepupu Aqilla.
Sementara Ifa dan Ghulamzaki tidak mendapatkan apa-apa. Tapi mama sudah senang dengan keberanian Ifa ikut bertanding. Sebab, Ifa paling susah ikut lomba. Kalau Ghulam walau tak juara, tapi keberaniannya itu yang membuat mama dan papa bangga. Yang penting maju, ya, Lam. Menang kalah soal belakangan.