Ahad, 8 Juni 2008, Aqilla Hanif Salsabila, anak tertua kami khatam quran di MDA Baiturrahman. Qilla sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Mulai menggantungkan gaun khatamnya yang mirip pengantin bersama asesoris mahkota dan pita dihiasi kembang putih, juga jilbab putihnya. Qilla sibuk menanyakan bagaimana make-up nya. Apakah mama yang mendandaninya atau dibiarkan saja tanpa make-up. Maklumlah, Qilla ingin terlihat cantik hari itu.
Subuh, Qilla sudah bangun. Biasanya Qilla belum mau langsung ke kamar mandi kalau bangun tidur. Tapi hari itu Qilla langsung mandi, padahal azan subuh baru beberapa menit lalu dikumandangkan muazzin Musalla Al Kautsar. Pas ditanya kok cepat benar mandinya? ''Ya, Ma. Kan kami disuruh cepat datang ke sekolah.'' Kata Qilla bersiap-siap pasang baju.
Kata Mama, coba Qilla setiap pagi seperti itu. Kan lebih baik, nggak buru-buru ke sekolah. Bisa mempersiapkan segala sesuatunya termasuk sarapan. Untuk sarapan, Qilla selalu saja bilang tak sempat, telat dan sinonimnya. Ternyata bukan hanya Qilla yang siap-siap. Dua adiknya Ifa dan Zaki juga tak mau ketinggalan. Tak lama Qilla selesai, Ifa dan Zaki juga rampung. Mereka bertiga diantar papa ke sekolah. Dan memang, teman-temannya sudah banyak yang ngumpul di masjid.
Qilla dan 29 temannya yang khatam berbaris di belakang iringan drumband. Di belakang mereka, adik-adik kelas MDA yang mengibarkan bendera merah putih. Diiringi drumband, semuanya keliling kampung.
Setelah keliling, semuanya ngumpul di masjid. Acara demi acara dimulai. Menurut kepala Sekolah MDA Baiturrahman, Dahniar, sekolah mereka meraih ranking ke tiga se Kecamatan Payung Sekaki. Prestasi ini cukup membanggakan guru dan orangtua.
Sambutan demi sambutan selesai, sampailah acara puncak khatam quran. Sebelum anak-anak mengaji di astaka, terlebih dulu mereka harus sungkem kepada kedua orangtuanya. Giliran Qilla agak terakhir, sebab Qilla terpilih membaca surat Attakatsur.