Jumat, Juli 24, 2009

Nu, Kan Udah Besar!


(Mamnoor digendong kakak sepupunya Eza. Eza ini sudah kami rawat sejak kelas tiga SD, setelah beberapa hari ayahnya meninggal. Tahun ini Eza sudah tamat SMKN 3, jurusan tatabusana)

Tumben Mamnoor kemarin nangis sejadi-jadinya ingin ikut mamanya kerja. Biasanya nggak pernah seperti ini. Kalaupun nangis, setelah dibujuk dengan es krim atau jajanan yang disukainya, Mamnoor langsung menerima alias nggak mau maksa untuk ikut. Malah kepergian mamanya ke kantor dijadikannya senjata untuk bisa minta apa saja. Dasar si bungsu! Tahu aja kalau permintaannya itu nggak bisa ditolak. He..he...

Sebelumnya saya dapat telpon dari sekretaris redaksi di kantor, kalau pimred minta rapat seperti biasa jam tiga sore. Dalam pikiran saya, pasti rapatnya penting. Soalnya sehari sebelumnya, manajemen merapatkan kondisi perusahaan. MUngkin hasil rapat itulah yang disampaikan Pimred ke kami dalam rapat tersebut. Setengah tiga sayapun siap-siap. Mamnoor sudah tahu kalau saya siap-siap pasti mau pergi.

Mamnoor: ''Mama mau kemana?''
Mama : ''Mau ke kantor sayang?''
Mamnoor: ''Mama kerja, ya''
Mama : ''Iya''.
Mamnoor: ''Nu, ikut mama kerja, ya''
Mama : ''Nggak bisa sayang. Nu kan tahu, kalau mama kerja nggak boleh ikut?''
Mamnoor: ''E..boleh kok...!''
Mama : ''Nggak boleh lah...''
Mamnoor: ''Boleh kok ma. Nu kan udah besar''

Nah lho! Jawaban Mamnoor membuat saya geli sendiri. Berarti selama ini dia nggak boleh ikut karena dikatakan masih kecil. Padahal rasanya saya nggak pernah mengatakan ketidakbolehan dia ikut itu karena masih kecil. Atau mungkin saja pernah oleh kakak2nya, tapi kasusnya sekali-sekali. So, ketika dia mengatakan dia sudah besar, konsekuensinya dia boleh ikut. Wah..susah juga nih ngasi tahunya. Untuk menenangkannya saya coba bujuk dengan jajan. E..nggak ampuh. ''Nu nggak mau!!'' katanya. Saya bujuk dengan es krim di supermarket, dia juga ngotot nggak mau. ''Nu ikut mama!!!'' keukeuhnya.
Waduh, gimana ini. Mau nggak mau saya harus pergi. Ada rapat penting lagi. Terpaksa saya harus meninggalkan Mamnoor yang nangis sejadi-jadinya, sampai-sampai tangisnya mau ikut masih terdengar dalam jarak puluhan meter.
Saya berpikir kenapa Mamnoor seperti itu. Saya nggak percaya kalau hanya gara-gara dia merasa sudah besar, lalu dia maksa harus ikut sampai nangisnya kencang banget. Saya ingat2 lagi. O...mungkin dia ingat curhat saya ke dia. Saya iseng saja bawa dia bicara seolah2 dia sudah besar di kamar berdua sambil tiduran. Ya..sambil ingin menidurkan dia, saya bertanya ke Mamnoor.
''Nu...mama mau ambil cuti nih, kemana ya kita. Kakak dan abang sekolah. Kita jalan-jalan ya berdua. Mama dan Nu akan lebih sering bersama.'' (Mamnoornya sambil ngedot jempol sok dewasa menyimak kata-kata saya sambil menyahuti sepatah dua kata. ''Ya ata Oo..'') Nah..mungkin ini nih yang membuat dia mo ikut kemana saya pergi. Tapi malamnya setelah saya pulang kerja, saya tanyakan kepada kakak sepupu yang menjaganya bagaimana sikap Mamnoor setelah saya pergi. Katanya sih cuma sebentar. Setelah saya menghilang dari pandangannya, Mamnoor malah minta bobo. Tapi sebelumnya es krim dulu, dong....