Minggu, Juli 05, 2009

Qilla Lulus

Masa PSB (pendaftara siswa baru) udah kelar. Rasanya waktu itu hari yang tersibuk. Hampir setiap hari keluar mengunjungi sekolah-sekolah. Dari yang favorit, MTs, SMP biasa sampai yang sekolah binaan. Semuanya dicek. Sekedar ingin tahu berapa nilai tetinggi dan terendah di sebuah sekolah. Asyik juga. Karena dengan begitu jadi tahu beberapa sekolah yang dikunjungi. Kalau bukan karena PSB, bisa dipastikan nggak pernah tahu sekolah-sekolah tersebut.
Apalagi melihat ekspresi orangtua, yang anaknya diterima dan yang nggak terima. Semuanya rata-rata memberi nasehat kepada anaknya, agar PSB dijadikan pelajaran untukbelajar lebih giat lagi. Semua orangtua cemas, apalagi yang memiliki nilai pas-pasan. Setiap hari harus memantau pengumuman. Jika nilai anak berada diurutan akhir atau 20 besar ke bawah, hampir semua orangtua mencabut pendaftaran dan mencari sekolah lainnya. Bahkan ada orangtua yang dua atau tiga kali mencabut formulir karena berada di urutan tidak diterima.
Alhamdulillah, Aqilla langsung diterima di satu sekolah. Itu pun bukan sekolah tujuan awal. Sebelumnya sudah masukkan formulir di MTsN.Tapi, karena syarat belum lengkap, formulir ditarik kembali dan keesokan harinya baru dimasukkan. Perjalana pulang, tiba-tiba ingin singgah di SMP 32 yang katanya sekolah binaan. Niatnya ingin meninjau saja. Entah kenapa, pas mau pulang, tiba-tiba saja nekad masukkan formulir walau sudah tutup. Biar bisa langsung diakses paginya, formulir Aqilla dititip di sekolah SMP32 Binaan Pemerintah Kota Pekanbaru. Ya, tanpa direncanakan, Qilla jadi positif di SMP 32.
Setiap hari Aqilla tetap di posisi aman, 50 besar. Daya tampung sekolah binaan tersebut hanya empat lokal, sekitar 125 orang dari umum. Posisi pertama 27, kedua, 45 dan ketiga tergeser di urutan 50. Karena banyak yang tak diterima di sekolah pavorit pada mendaftarkan diri di SMP 32.
Sekarang, kekhawatiran itu selesai. Hari Senin pengumuman PSB, dilanjutkan daftar ulang. Tapi saya tetap merasa kasihan dengan merekamereka yang tak lulus di sekolah negeri, yang rata-rata nilai mereka di bawah 7,5 atau 7 ke bawah. Artinya mereka harus rela sekolah di swasta, yang notabenenya harus banyak mengeluarkan uang. Sementara sekolah swasta yang bonafit sudah lebih dulu menerima murid dengan jumlah uang belasan juta.
Sekarang, pemerintah sudah memperhatikan pendidikan dengan mengalokasikan dana APBN dan APBD yang cukup besar. Makanya, Pemerintah Kota Pekanbaru khususnya bertekad menciptakan sekolah murah berkualitas. Siapa orang tua yang tak ingin memasukkan anak-anaknya di negeri saat ini. Saya sendiri melihat itu. Sewaktu saya meninjau sekolah pavorit. Saya melihat banyak orangtua yang ''kaya'' (setahu saya) yang mendaftarkaan sekolah anaknya di sana. Para pengusaha cina, anak pejabat dan orang berduit lainnya. Sementara yang namanya negeri, baik itu pavorit ataupun nggak, tetap saja gratis.***