Sabtu, Januari 31, 2009

Bugarkan Diri di Taman Kota


Ngejus dulu ah. Capek, abis refleksi.

Pengunjung memanfaatkan batu petunjuk, untuk mengetahui bagian tubuh  mana saja yang terkandung di setiap titik syaraf kaki.

Abang Ghulamzaki dan Mamnoor kehausan usai bermain.

Mamnoor nyobain kakinya di telapak yang ada di batu. Pas, nggak ya dengan kakiku?

Batu panduan bagi pengunjung batu refleksi yang ingin tahu penyakitnya apa dan harus refleksinya di bagian kaki yang mana. Bagi yang tak tahu penyakitnya apa, bisa nyari tahunya dengan mengetahui bagian kaki yang pualing sakit ketika dijejakkan di batu refleksi.

Arena bermain anak-anak bagi orangtua yang membawa keluarga.

Beberapa hari lalu badan terasa kurang sehat. Mungkin kena hujan. Dan memang dalam sepekan ini, hujan hampir setiap hari turun. Masa pancaroba seperti ini kerap mengundang penyakit. Terlebih lagi ketika daya tahan tubuh menurun. Mungkin termasuk diriku.
     Sore, Ahad (25/1), hujan kembali membasahi kotaku. Anak-anak yang terlanjur basah (disengaja mereka) kubiarkan mereka mandi hujan. Kebetulan aku dan tiga anakku sedang di rumah atuknya. Kenangan lama ketika aku masih kanak-kanak saat hujan terbayang. Aku berlari-lari dari rumah ke rumah tetangga mencari pancuran air hujan, penuh sukacita. Hujan paling dinanti pada masa kanak2ku. Kadang, setelah puas mandi hujan, langsung nyebur ke sungai. Bermain, berlari, berenang, menyelam (kadang-kadang di bawah kapal), tak jarang juga kejedot tanggul peninggalan Jepang atau dinding kapal. Pokoknya, bikin orangtua marah kalau mengetahui hal yang mengerikan tersebut.
   Makanya, rasa-rasa tak adil ketika anak-anak tak diizinkan mandi hujan. Bukan main senangnya hati mereka ketika tahu aku izinkan. Padahal mereka hanya berlari lari menikmati sentuhan air hujan di sekitar rumah. Begitu senangnya mereka yang selalu ceria, tertawa, sesekali menjerit saling memanggil ditengah bisingnya bunyi hujan. Dalam pikiranku, aku sudah siap menerima resiko kalau mereka malamnya demam atau flu. Eh, ngga tahunya mereka sehat-sehat saja justru aku yang mulai sakit kepala, badan terasa meriang dan menggigil.
    Alhamdulillah, demamku tak berlanjut. Walau aku tak minum obat (paling anti kalau tak terpaksa sekali), pagi harinya suhu badanku biasa saja. Hanya kepalaku yang masih terasa pusing. Aku hanya bawa istirahat dan memaksakan harus makan. Hanya itu yang bisa menstabilkan daya tahan tubuhku. Kalau aku turutkan seleraku (kurang nafsu makan), bisa-bisa aku bener-bener jatuh sakit.
    Hari ketiga, (28/1/2009) aku sudah mulai bugar. Tapi rasanya masih lemes. Sorenya kuputuskan untuk refleksi di batu refleksi Taman Kota. Tak kusangka, 
pengunjungnya cukup ramai. Banyak warga kota memanfaatkan pengobatan alami ini. Banyak juga yang percaya bisa menyembuhkan semua penyakit. Bahkan ada yang terserang stroke ringan bisa sembuh setelah beberapa waktu, setiap hari, berjalan di atas batu-batu runcing yang bagi pemula rasanya luar biasa sakitnya. Seperti aku. Aku lebih banyak jalan di tempat dibandingkan jalan 
keliling. Entah karena sugesti atau memang mujarrab, aku merasa lebih fresh, berkeringat dan 
badan lebih enteng. Sementara dua bujangku Zaki dan Mamnoor, asyik sendiri di arena 
permainan anak-anak. 

2 komentar:

  1. Capek okelah.....nyruput jus....tentu nikmat. Tapi kok tangan kiri ya? Kalah dengan mamnoor yang double gardan, alias tangan kanan dan kiri dipake!!! hehe

    BalasHapus

selamat berkomentar