Selasa, April 07, 2009

Juara Tenis Meja


Minggu malam senin kemarin (5/4/2009), resepsi HUT PWI ke 63 dan Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) yang digelar di Gedung Daerah (kompleks kediaman gubernur Riau). Malam puncak tersebut diis dengan pemberian hadiah bagi pemenang lomba tenis meja, bola kaki dan tulisan jurnalistik bagi anggota PWI Riau. Kebetulan aku mengikuti lomba tenis meja untuk wartawati Riau dan keluarga wartawan Riau. ALhamdulillah, aku berhasil menyisihkan beberapa lawan mulai dari babak penyisihan, semi final dan final.
Sebenarnya aku nggak pinter-pinter banget main tenis meja. Biasa saja. Paling-paling di atas pemula dan dibawah yang mahir (he..he..). Itu karena waktu aku nyantri di Pondok Pabelan, jika ada waktu dan kesempatan, kuisi waktu soreku dengan main tenis meja bersama kawan-kawan. Jika ada pertandingan antar kelas atau kamar, aku ikut mewakili kelas atau kamar. Untuk tingkat pondok, aku pernah memperoleh juara satu juga.
Ternyata hobiku main pimpong sewaktu di pondok membawa berkah saat aku kuliah di IAIN Syahid Ciputat (sekarang UIN). Pada Porseni mahasiswa 92, aku mewakili fakultas Adab, dan alhamdulillah berhasil lagi di posisi pertama.
Begitu juga ketika berada di lingkungan tempat tiggalku, aku diikutkan oleh RW sebagai wakil dari musalla dekat rumahku. Ya, selama aku bisa dan sempat, aku oke-oke saja. Padahal aku saat itu dalam kondisi hamil enam bulan. Tapi bisa juga main dan juara satu lagi. Pialanya untuk musalla.
Setelah itu juga mewakili Riau saat Porwanas 2005 lalu. Kalau di sini aku tak bisa merebut peringkat pertama. Tapi meskipun begitu di tingkat nasional tersebut, aku masih bisa meraih juara harapan. Perjalananku kandas ketika aku melawan kontingen Lampung di babak semi final. Permainan mereka memang hebat. Ku akui itu. Persis perti atlit beneran.
Dan memang, mereka mempersiapkannya selama beberapa bulan yang dilatih oleh pemain nasional beneran.
Terakhir, pertandingan tenis meja yang kuikuti ya sekarang ini. Mudah2an dengan kemenangan ini aku bisa ikut Porwanas yang tempatnya mungkin di Jawa Timur, Jakarta atau Irian. Maunya sih di Papua itu, sekalian bisa jalan-jalan jauh gratis.
Oya, selain tenis meja, aku juga pernah mewakili Riau ke tingkat nasional dalam acara MTQ Wartawan di Asrama Haji Pondok gede Jakarta, 2003 lalu. Aku ikut cabang murottal. Karena sebagai santri Pabelan tentu saja aku bisa mengaji dan menguasai tajwidnya. Tapi kalau untuk cabang tilawah, nggak deh. Nggak bakal berani. Soalnya aku tau diri dengan suara yang pas-pasan seperti ini. Saat itu aku ketemu dengan Awan (Mauludin Anwar) dan istrinya Titin. Duh...bahagianya aku saat itu. Karena keduanya karibku di kampus. Kami juga sekelas. Ternyata Awan yang sekarang wartawan SCTV ikut lomba murottal juga.
Selama pertandingan aku dan titin mengamati penampilan lawan-lawanku se Indonesia. Ada saja yang kesalahan yang kami ketahui. Maklum aku dan Titin kan sama-sama mantan santri. Titin Gintung, aku Pabelan. Sedikit banyaknya tahulah ayat-ayat / makhraj yang sedang dibacakan. Ada suaranya bagus tapi tajwidnya jelek. Ada juga yang hampir sempurna di akhir ayat keliru dikit.
Nah, pas giliranku, Titin ini lebih teliti, lebih memperhatikan bagaimana penampilanku. Setelah selesai dan belum duduk di tempat dudukku, ustad pembimbingku memberi acungan jempol. Aku anggap biasa aja. Ku pikir itu hanya sebagai dukungan saja karena aku selesai menjalankan tugasku sebagai duta Riau.
Ku lihat raut wajah Titin juga sumringah menyambutku. Dia bilang bagusan aku dari yang lain-lainnya. ''Kayaknya elu deh Nur juaranya,'' kata Titin. Walau dalam hati berharap iya, tapi sama sekali tak bisa percaya. Keyakinan Titin bertambah setelah semua peserta tampil, kalau akulah sang juaranya. Yach, yang namanya masih duga-duga siapa yang percaya? Apalagi cuma berdasarkan pendengaran saja. Walau aku juga yakin, aku salah satu juaranya, tapi bukan juara satu tentunya.
Sampailah malam pengumuman tiba. Juara pertama tilawah putra dan putri akan mendapat hadiah haji plus sejumlah uang. Sedangkan juara satu murottal, hadiahnya umroh dan uang. Nggak bisa dipercaya, ternyata dugaan Titin benar. Aku berhasil meraih juara pertama. Oya, selain umroh dan uang para pemenang juga mendapat piala. AKu saat itu mendapat piala dari Bang Yos (Sutiyoso) Gubernur DKI waktu itu.
Sayangnya, hadiah umroh yang kami harapkan (kebetulan utusan Riau dua2nya juara satu murottal) tak kunjung tiba. karena tak lama kemudian, Menteri Agama Said Agil tersandung DAU (Dana Abadi Umat). Hadiah yang dijanjikan untuk kami itu berkemungkinan menggunakan dana tersebut.
Pulang dari Jakarta, kami (kontingen Riau) disambut sukacita oleh teman2.karena Riau jugasebagai juara umum pada MTQ wartawan nasional tersebut. Selain murottal, cabang tilawah putra juara 2, cabang anak-anak juga ada yang menang. Bonus pun sudah menanti kami. Asyik...
Baru saja aku ingat, anak temanku sewaktu di Pablean Kak Nurudin dan Mba Isna juga ikut lomba hafalan juz amma untuk anak-anak wartawan. Kalau nggak salah, anak mereka mendapat juara juga. Saya tak ingat juara berapanya.
          

Senangnya menerima hadiah juara satu tenis meja putri.

Para juara tenis meja putra dan putri foto bersama usai menerima sertifikat dan sejumlah uang.

Pemred Riau Pos Raja Isyam Azwar menerima piala dan sejumlah uang sebesar Rp7.500.000 karena Riau Pos berhasil menggondol juara II kejuaraan sepak bola antar media di Riau, dalam rangka HUT PWI dan HPN.

Malam resepsi HUT PWI dan Hari Pers Nasional juga ditandai dengan memberikan penghargaan kepada wartawan senior yang juga dianggap telah banyak mempengaruhi perkembangan media di Riau. Tampak CEO Riau Pos group Rida K Liamsi sedang menerima penghargaan tersebut.

Para pemenang lomba karya tulis novi juara 1, zulmansyah juara dua
(keduanya dari Riau Pos) dan Amril juara tiga dari Riau Mandiri. Foto bersama dengan gubernur Riau, 
ketua dewan juri dan ketua PWI Riau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

selamat berkomentar