Jumat, April 17, 2009

Malaka-Pulau Pinang


(Jembatan Penang yang menghubungkan daratan Malaysia dengan Pulau Pinang)

Acara inti Mega Sale 2004 Malaysia dipusatkan di Pulang Pinang (Penang). Sebuah pulau di Malaysia bagian Utara yang sudah terhubung oleh Jembatan yang cukup panjang. Sayangnya aku lupa berapa panjangnya. Katanya jembatan ini yang terpanjang (di dunia?). Sebanyak 22 negara di dunia yang diundang secara percuma oleh kerajaan, termasuk Indonesia. Perwakilan Indonesia hanya tiga daerah saja. Jakarta, Riau dan Medan. Saya tahunya setelah berada di Malaysia ketika pertemuan di Hotel Marcopolo, Penang. Di sana kami berkenalan sesama utusan Indonesia yang terdiri dari jurnalis dan travel.
Sekitar pukul 11 siang (pukul 12 Malaysia) kami tiba di Malaka. Di bandara rombongan kami sebanyak tujuh orang langsung disambut oleh guide plus sebuah van yang tempat duduknya pas untuk tujuh orang.
Karena jam makan siang, langsung saja kami dibawa guide makan di Rumah Makan Baba dan Nyonya. Selesai itu, kami mutar-mutar kota Malaka dan singgah di beberapa kelenteng bersejarah dan masjid untuk sholat Zuhur. Bagi yang belum sempat menukarkan rupiahnya dengan ringgit, saat itulah waktunya kami tukar satu ringgit senilai Rp2.400.
Kami pun melaju menuju Kota Penang yang jarak tempuhnya memakan waktu delapan jam dari Malaka. Mendengar waktunya segitu, rasanya lama banget. Pasti sangat membosankan di jalan. Ternyata anggapan itu keliru. Di sepanjang jalan menuju Penang, banyak sekali pemandangan yang bisa dinikmati. Ada beberapa daerah bagian yang kami lewati termasuk kawasan perkebunan sawit yang menghampar di daratan Malaysia. Selama perjalanan, kami singgah dua kali di sebuah tempat pemberhentian yang sangat nyaman. Selain sholat Asar, kami menikmati teh tarik, sejenis minuman yang cukup dikenal di Malaysia. Rasanya seperti teh susu. Karena aku baru menginjakkan kaki ke Malaysia, aku ikuti saja apa yang banyak dipesan teman-teman.



(Dari jauh samar-samar Kota Penang terlihat dari Jembatan)


Anehnya, perjalanan selama itu benar-benar tidak terasa lelah. Karena kami tak pernah keluar dari jalan tol. Sudahlah jalannya luas, lurus, dua jalur lagi. Bedanya dengan Indonesia, jalan tol di Malaysia tidak dibatasi oleh gerbang tol, yang artinya kita harus bayar untuk menikmati fasilitas tol tersebut. Jalanan gratis, lancar dan nyaman. Rasanya di sepanjang jalan itu hanya sebentar aku tertidur. Setelah itu aku merasa rugi melewati pemandangan di kanan kiri jalan. Apalagi saat memasuki Penang dengan jembatan panjang yang menghubungi daratan Malaysia dan Pulau Pinang. Kiri kanannya laut. Tak lama dari kejauhan, barulah nampak gemerlapnya Kota Penang.
    Melihat jembatan ini aku berfikir, coba ya dari Bakauhuni ke Merak dihubungkan oleh jembatan, tentunya antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera jaraknya semakin dekat. Teringat pula olehku rencana Riau akan membangun jembatan Ro-Ro dari Dumai ke Pulau Rupat dan Pulau Rupat ke Malaka. Tentunya jarak Riau dengan Malaka juga semakin dekat. Naik speedboat saja cuma beberapa menit dari Rupat ke Malaka, apalagi kalau lewat jalat darat...(soal Pulau Rupat akan dibahas tersendiri, saat aku berkunjung ke sana setelah beberapa hari dari Malaysia)

Sebelum ke Hotel Mutiara Beach Resort, tentunya kami mencari makan malam dulu di tengah kota. Menu yang kami pilih adalah seafood. Antara lain Tom yam, ikan, cumi dan makanan laut lainnya. Tapi yang paling berkesan adalah tom yamnya. Kami berebutan. Semangkuk besar langsung habis karena kami berebutan. Ternyata kurang, kami pesan lagi. Rasanya sangat enak di lidah kami, terutama aku orang Melayu. Kalau aku nilai tak beda dengan rasa pindang atau sempedas. Bedanya terletak di asamnya saja. Kalau kami biasa menggunakan asam kandis atau belimbing wuluh atau terong asam. Kalau di Penang, lebih mengarah ke asam jeruk. Lagi pula, pedasnya yang membuat kami mau nambah lagi. Hmm...yummi..
Perut kenyang kami pun ke hotel. Jalan menuju hotel juga sangat menarik yang lebih banyak nelalui jalan pinggir laut. Sekitar tengah malam kami sampai di hotel dan oleh resepsionis hotel kami langsung diberikan kunci kamar untuk masing-masingnya. Masuk kamar, aku kaget sendiri. Besar banget. Ranjang ada dua. satu set kursi, meja rias plus lemari yang cukup besar, segala macam minuman termasuk kopi, teh plus gula, kreamer dan teko listrik untuk air panasnya. AKu pikir, besar juga ukuran hotel bintang limanya Penang. Belum lagi masuk ke kamar mandinya. Besarnya sama dengan ukuran kamar. Wah..kesempatanku untuk menikmatinya, apalagi cuma sendiri. Asyik......



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

selamat berkomentar