Berpose di depan pintu masuk casino de Genting
((Di depan Hotel Highland Genting) Makan malam di Genting kami di bawa di sebuah tempat makan melayu. Sebagai tamu kami bebas memilih makanan apa saja. Walau baru beberapa hari meninggalkan 'kampung' di tempat ini serasa berada di rumah, dengan aneka makanan yang selalu dibuat sehari-hari. Termasuk sambel terasinya plus aneka lalapan.
Usai dinner, kami pun dibawa melihat sebuah pertunjukan teater dan tari-tarian. Malaysia benar-benar memanjakan tamunya dengan pelayanan yang memuaskan. Tak ada tempat yang terlewat oleh kami. Tentunya tujuan Malaysia, agar kami memberi informasi yang sebagus-bagusnya tentang negara mereka agar wisatawan Indonesia khususnya Riau berlibur di sana.
Sekitar pukul 11 malam kami keluar dari gedung teater. Di sini kami berpencar. Ada yang ke kafe sekadar ngopi, ke kamar dan tempat lainnya. Aku dan Syamsul sama-sama utusan RPG (Riau Pos Grup) tak mau melewatkan momen terpenting ketika berada di genting. Semua orang tahu, kalau di sini sebagi tempat perjudian terbesar dan dijambangi oleh milyarder dari manca negara. Mereka ke sini memang untuk berjudi. Tapi untuk warga asli Malaysia, dilarang memasuki kawasan ini. Karena kami tamu, aku dan Syamsul bebas masuk dan berkeliling di tempat ini.
Ternyata memang besar dan ramai. Ruangannya sangat luas, dipenuhi aneka permainan judi. Judi rolet, lempar dadu, pokoknya banyak. AKu tak mengenali jenisnya. Saat itu aku sempat menikmati beberapa permainan judi dengan berlama-lama di sebuah permainan. Uang yang sudah ditukar dengan koin pelastik beraneka warna itu dipasang oleh pemain secara bersusun. Sebenarnya aku penasaran, berapa nilai koin plastik tersebut. Warna merah berapa, hijau, kuning biru, aku benar-benar penasaran. Tapi aku tak bisa mendekat, karena di sekeliling mesin judi itu sudah dipenuhi orang. Ku pikir mereka penonton sepertiku atau pendukung pejudi tersebut. Hanya yang bisa kutandai wajah pengunjung dan pejudi yang hampir merata berwajah oriental alias sipit. Juga, yang sempat ku perhatikan para pemainnya banyak yang tua, perempuan dan hanya sedikit yang muda.
Para pejudi ini juga banyak yang stres ketika bangkrut. Tak sedikit pula yang melakukan bunuh diri dengan terjuan melalui jendela kamar. Pantesan, ketika aku masuk ke kamarku, yang kuperhatikan bagian jendela. Setelah ku buka tirainya, aku ingin membuka langsung jendelanya. tetapi ternyata tak bisa. Jendelanya sudah dikunci mati. Namun pemandangan yang sangat eksotis di luar masih tetap bisa dinikmati dari kaca jendela.
Lewat tengah malam sekitar 12 lewat aku baru kembali ke kamar. Karena kelewat asyik melihat ratusan orang bejudi, aku jadi lupa waktu. Setelah menyelesaikan segala sesuatunya sebelum tidur, aku pun mencoba berbaring. Mungkin karena memang sudah lelah, tak susah aku terbang ke alam mimpi. Tapi rasanya belum pulas betul aku tidur, tiba-tiba tubuhku diinjak sepasang kaki dengan betis yang cukup indah. AKu tak bisa melihat wajahnya. Yang bisa aku lihat cuma kakinya sampai perbatasan lutut. Rasanya cukup berat. AKu pun berusaha menghilangkannya dengan membaca ayat kursi dan ayat-ayat lainnya. Aku takut tapi harus ku lawan ketakutan itu. Sebab aku hanya sendiri. Untuk pergi ke tempat Lucy, aku khawatir bisa mengganggunya. Mana tahu dia lebih suka sendiri. Ya, malam itu walau penuh ketakutan akhirnya aku bisa tertidur juga sampai pagi.
Ternyata cerita mistis lainnya datang dari Syamsul. Katanya, ketika dia mau tidur, tiba-tiba air di westafelnya mengalir sendiri. Padahal dia sudah mematikannya. Intinya, apa yang kami alami di Genting konek dengan cerita banyaknya orang bunuh diri di Genting karena kalah judi. Hi..untungnya cuma satu malam di Genting, sempat beberapa malam....mau nggak mau aku akan gabung bersama teman-teman.
Keesokannya, sebelum menuju Malaka, kami berjalan-jalan dulu mengitari Genting dan melihat semua permainan yang ada di sana. Beberapa permainan tak ubahnya seperti di Dunia Fantasi. Bayangkan, di puncak gunung yang letaknya jauh di pinggiran kota, ternyata terdapat sebuah tempat hiburan yang gemerlap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
selamat berkomentar